CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Sabtu, 31 Oktober 2009

PERBEDAAN ANTARA PEMBANGUNAN EKONOMI DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI
1.Definisi
*Pembangunan Ekonomi
Suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan menghitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu Negara.
*Pertumbuhan Ekonomi
Proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan Nasional.

2.Tujuan
*Pembangunan Ekonomi
Mensejahterakan masyarakat karena dengan pembangunan ekonomi dicapai perubahan yang terus menerus berupa kemajuan dan perbaikan menuju kearah yang ingin dicapai yaitu kesejahteraan masyarakat.
*Pertumbuhan Ekonomi
Memperlancar proses pembangunan ekonomi.

3.Fungsi
*Pembangunan Ekonomi
Untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.
*Pertumbuhan Ekonomi
Untuk meningkatkan kenaikan PDB dan juga pertumbuhan masyarakat.

4.Sifat
*Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif.
*Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi lebih bersifat kuantitatif.

5.Waktu
*Pembangunan Ekonomi
Total dari seluruh proses ekonomi.
*Pertumbuhan Ekonomi
Perkapita jangka waktu yang berkala.

6.Tempat
*Pembangunan Ekonomi
Disekitar wilayah pemerintahan.
*Pertumbuhan Ekonomi
Disekitar wilayah pemerintahan dan disekitar wilayah penghasil SDA (Sumber Daya Alam).

7.Alasan/Motivasi
*Pembangunan Ekonomi
Untuk meningkatkan pendapatan perkapita,Mengurangi tingkat pengangguran,dan mengurangi kesenjangan antara kaya dan miskin.
*Pertumbuhan Ekonomi
Untuk menekan kenaikan PDB,dan untuk menjalankan inovasi yang ditemukan agar efektifitas dan efisiensi produksi meningkat.

8.Subyek/Pelaku
*Pembangunan Ekonomi
Pemerintah sebagai pengelola hasil dana produksi.
*Pertumbuhan Ekonomi
Pengusaha sebagai penghasil barang produksi.

9.Obyek/Sasaran
*Pembangunan Ekonomi
Terpenuhinya semua kebutuhan masyarakat.
*Pertumbuhan Ekonomi
Mesejahterakan kehidupan masyarakat.

10.Faktor Pendukung
*Pembangunan Ekonomi
Kebudayaan masyarakat,teknologi,pemerintah,dukungan masyarakat,kondisi alam,kondisi perekonomian,dan investasi.
*Pertumbuhan Ekonomi
Sumber Daya Alam (SDA),Sumber Daya Manusia (SDM),Sumber Daya Modal,dan keahlian/kewirausahaan.

11.Faktor Penghambat
*Pembangunan Ekonomi
Rendahnya mengelola SDA,Rendahnya penguasaan teknologi dan barang modal,Rendahnya kualitas tenaga kerja,Rendahnya anggaran pendidikan,Faktor budaya,Tingkat korupsi yang tinggi,Rendahnya daya beli masyarakat,pengangguran dan keterbatasan kesempatan kerja,kekurangan modal,dan masalah pemerataan pendapatan.
*Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi tergolong tidak berkembang saat produktivitas,Penduduk menurun karena berkurangnya kapasitas produksi sehingga kemakmuran masyarakat dan frekuensi kegiatan ekonomi pun ikut menurun,Apabila tidak adanya keberhasilan dari pembangunan maka pertumbuhan ekonomi tidak akan berjalan dengan lancar,dan terbatasnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan faktor Sumber Daya Alam (SDA) yang kurang memadai.

12.Tolok Ukur/Kriteria Keberhasilan
*Pembangunan Ekonomi
Kenaikan pendapatan perkapita,Perbaikan dalam kesejahteraan masyarakat,Perubahan struktur ekonomi dan struktur masyarakat.
*Pertumbuhan Ekonomi
Produk Domestik Bruto (PDB),PDB perkapita dan pendapatan perkapita,Pendapatan per jam kerja,Usia harapan hidup,Membandingkan pendapatan nasional dari tahun ke tahun dan membandingkan tingkat konsumsi dari tahun ke tahun dan juga besarnya tingkat investasi dari tahun ke tahun.

13.Solusi yang ditawarkan
*Pembangunan Ekonomi
Meningkatkan pendidikan,Meningkatkan kemampuan untuk mengelola Sumber Daya Alam (SDA),dan memperluas lapangan kerja.
*Pertumbuhan Ekonomi
Memperbaiki sistem politik dan ekonomi,Meningkatkan hasil produksi,dan memperbesar tingkat investasi dari tahun ke tahun.

Sabtu, 24 Oktober 2009

Akibat konflik
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut:

* Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
* Keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
* Perubahan kepribadian pada individu, Misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
* Kerusakan harta benda dan Hilangnya jiwa manusia.
* Dominasi Bahkan penaklukan salah satu PIHAK yang Terlibat dalam konflik.

Para pakar teori telah mengklaim Bahwa PIHAK-PIHAK yang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan PIHAK lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:

* Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah PIHAK akan menghasilkan Percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.

* Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan Percobaan untuk "Memenangkan" konflik.

* Pengertian yang tinggi untuk hasil PIHAK lain hanya akan menghasilkan Percobaan yang Memberikan "kemenangan" konflik bagi PIHAK tersebut.

* Tiada pengertian untuk kedua belah PIHAK akan menghasilkan Percobaan untuk Menghindari konflik.

Jenis-jenis konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam:

* Konflik antara atau dalam Peran sosial (intrapribadi), Misalnya antara PERANAN-PERANAN dalam keluarga atau profesi (konflik Peran (peran))

* Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).

* Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).

* Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)

* Konflik antar antar agama atau tidak

* Konflik antar politik.

Pandangan lain mengenai konflik
a.Perbedaan individu
Setiap manusia adalah individu yang unik.Artinya,setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yg berbeda-beda satu dengan lainnya.Perbedaab pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan dapat menjadi faktor penyebab konflik.Misalnya saja ada mahasiswa yg sedikit bicara tetapi ada pula mahasiswa yg banyak bicara dan cenderung membuat kegaduhan.
b.Perbedaan latar belakang kebudayaan
Ada individu yg di asuh dengan pola latihan kemandirian yg akan mendorong seseorang berani mengambil tindakan,bertanggung jawab,kritis tetapi sedikit individualis,begotu pula sebaliknya.
c.Perbedaan kepentingan
Manusia memiliki perasaan,pendirian,maupun latar belakang kebudayaan yg berbeda.Contohnya ketika kita pergi ke sutu pasar swalayan,banyak ibu,bapak,remaja,orang-orang dewasa,dll mereka menuju tempat yg sama dengan tujuan yg berbeda.Unjuk rasa buruh menuntut perbaikan upah merupakan salah satu konflik yg dilatarbelakangi perbedaan kepentingan antara kepentingan usaha dengan buruh.Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang sosial,ekonomi,sosial dan budaya.
d.Perubahan-perubahan nilai yg cepat
Perubahan adalah sesuatu yg lazim dan wajar terjadi tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak akan menyebabkan konflik sosial.
Konflik dikatakan positif apabila tidak bertentangan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam struktur sosial tertentu
Situasi-situasi pemicu konflik
Konflik yg terjadi di antara individu dalam menjalankan interaksinya banyak di bahas dalam studi psikologi sosial. Ursula lehr (1980) mengemukakannya,yaitu:
- Konflik dengan orang tua sendiri
Konflik ini terjadi akibat situasi-situasi hidup bersama orang tua.Misalnya,harapan orang tua agar anaknya bisa patuh terhadapnya atau yg disesuaikan oleh mereka.Akan tetapi kebanyakan anak tidak dapat melakukan apa yang dikehendaki oleh orang tua.Karena bagi anak semata-mata untuk mencari pengalaman dan berusaha menemukan jati dirinya.
- Konflik dengan anak-anak sendiri
Konflik ini terjadi setelah orang tua mengetahui tingkah laku anak yang tidak cocok dengan keinginannya.Akibatnya,orang tua memberikan tanggapan yg berlebihan,misalnya menghukum,mengurangi hak-hak mereka.dll.
- Konflik dengan sanak keluarga
Pada masa kanak-kanak dan remaja timbul konflik,terutama dengan kakek,nenek,paman atau bibi yg ikut dalam proses pendidikan (sosialisasi) anak.Pada masa-masa berikutnya,dapat timbul konflik dengan keluarga,misalnya akibat pembagian warisan yang di anggap tidak adil.
- Konflik dengan orang lain
Konflik ini timbul dalam hubungan sosial dengan tetangga,teman sekerja,dan orang-orang lain.
- Konflik dengan suami atau dengan isteri
Pertentangan-pertentangan kecil mengenai persoalan hidup sehari-hari atau perselisihan dalam tujuan hidup dapat memicu terjadinya konflik.
- Konflik di sekolah
Contohnya yaitu,tidak dapat mengikuti pelajaran denga baik,tidak lulus ujian,persoalan hubungan antara guru dengan murid atau persoalan kedudukan di antara teman-teman dalam kelas.
- Konflik dalam pemilihan pekerjaan
Konflik ini disebabkan karena sifat pekerjaan sendiri,misalnya masalah keuangan,hubungan dengan teman-teman kerja,pekerjaan yang membosankan atau berat dan konflik yang berhubungan dengan waktu kerja mengakibatkan seseorang menjadi stress atau depresi.
- Konflik agama
Berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat dan tujuan hidup,aturan-aturan yang bertentangan dengan agama,pindah dari suatu agama ke agama lain,menikah dengan orang yg berbeda agama,dll.
- Konflik pribadi
Disebabkan karena tidak ada kemampuan untuk mengembangkan diri dan meluaskan hidup.
Segi positif dari suatu konflik:
^ Memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau masih belum tuntas ditelaah,misalnya perbedaan pendapat dalam suatu diskusi biasanya bersifat positif sebab akan semakin memperjelas dan mempertaja kesimpulan yg diperoleh dari diskusi itu.
^ Merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antar individu atau kelompok.
^ Dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru.
^ Dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat.
Konflik dikatakan positif apabila tidak bertentangan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam struktur sosial tertentu.Suatu konflik dapat membawa akibat yg positif atau tidak tergantung dari persoalan yg dipertentangkan dan juga dari struktur sosial di mana terjadi pertentangan yg menyangkut suatu tujuan,nilai atau kepentingan.Sepanjang konflik itu tidak bertentangan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam struktur sosial tertentu,maka konflik itu bersifat positif.Dengan adanya konflik,memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma sosial dalam kelompok bersangkutan sesuai dengan kebutuhan individu.
Pada ruang lingkup yg lebih luas seperti masyarakat Indonesia yg memiliki keregaman etnik,budaya dan latar belakang konflik sering terjadi.Oleh sebab itu,dibutuhkan kesadaran dan kemampuan dalam mengelola perbedaan dan keragaman tersebut untuk menghasilkan sesuatu yg positif.Salah satu caranya adalah dengan cara menjaga keharmonisan dan saling menghargai perbedaan agar tetap terdapat integrasi sosial yang harmonis.Integrasi merupakan penyatuan atau mempersatukan hubungan anggota-anggota masyarakat yg di anggap harmonis.Dengan kita bisa menjaga keharmonisan tersebut.Maka,mental kita akan selalu sehat lahir dan batin terhindar dari berbagai macam konflik yang ada.

Faktor penyebab konflik
* Perbedaan individu, yang meliputi Perbedaan pendirian dan perasaan.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang Berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, Ketika berlangsung Pentas musik di lingkungan Pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan Berbeda-beda. Ada yang Merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang Merasa terhibur.

* Perbedaan latar belakang kebudayaan Sehingga Membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang Berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan Perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

* Perbedaan Kepentingan antara individu atau kelompok.

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang Bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki Kepentingan yang Berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat Melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang Berbeda-beda. Sebagai contoh, Misalnya Kepentingan Perbedaan dalam hal Pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan Sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan Sehingga mereka harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena Dianggap Sebagai Penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kayunya Kemudian diekspor guna mendapatkan uang dan Membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan Sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada Perbedaan Kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya Sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat Kepentingan Perbedaan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, Misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena Perbedaan Kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, Sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.

* Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

Perubahan adalah sesuatu yang Lazim dan wajar terjadi, tetapi Jika perubahan itu berlangsung cepat atau mendadak Bahkan, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan Memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan Struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang Pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, Jika terjadi Seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi Upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena kehiodupan Dianggap mengacaukan tatanan masyarakat yang telah ada.

Konflik pada umumnya merupakan suatu gejala sosial yang sering muncul dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti masyarakat Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Irian. Suatu konflik (pertentangan) ini timbul karena adanya persaingan, baik persaingan antara individu mapupun antara kelompok, selain itu konflik bisa juga muncul karena adanya perbedaan emosi atau perbedaan pendapat antar orang-orang dalam suatu interaksi sosial. Konflik atau pertentangan ini bisa juga terjadi pada keluarga (suami-istri dan anak), di sekolah (guru-kepala sekola atau bahkan siswa dengan siswa), di masyarakat (antar individu/kelompok/organisasi).

PENGERTIAN KONFLIK

1.Menurut Berstein (1965), konflik merupakan suatu pertentangan, perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik mempunyai potensi yang memberikan pengaruh positif dan ada pula yang negatif di dalam interaksi manusia

2.Menurut Dr. Robert M.Z. Lawang, konflik itu adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status, kekuasaan, dimana tujuan dari mereka yang berkonflik, tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya. Contoh; suatu konflik kekerasan dengan kelompok luar, maka dalam masing-masing kelompok akan muncul solidaritas sosial yang kuat. Bangsa Indonesia memiliki rasa persatuan dan kesatuan yang kuat pada waktu perang kemerdekaan.

3.Menurut Drs. Ariyono Suyono, konflik adalah proses atau keadaan dimana dua pihak berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing disebabkan adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.

4.Dalam buku ”Sosiology” dari James W. Vander Zanden, konflik diartikan sebagai suatu pertentangan mengenai nilai atau tuntutan hak atas kekayaan, kekuasaan, status, atau wilayah tempat pihak yang saling berhadapan bertujuan untuk menetralkan, merugikan ataupun menyisihkan lawan mereka.

5.Menurut Soerjono Soekanto, konflik adalah suatu proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai ancaman dan atau kekerasan. Proses sosial yang terjadi di sini dimulai dari usaha mempertajam perbedaan di antara individu-individu atau kelompok-kelompok yang antara lain menyangkut ciri-ciri fisik, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola prilaku, gagasan, pendapat serta kepentingan sehingga akhirnya terjadi pertikaian/pertentangan yang tujuannya adalah untuk mengalahkan pihak lawan dengan cara ancaman dan atau kekerasan. Ancaman kekerasan di sini merukan salah satu pilihan terakhir, sebab apabila pihak ”mereka” sebelumnya sudah bersedia menerima kekalahan dalam arti mau menerima tuntutan dari pihak ”kami” maka, ancaman kekerasan batal untuk dilaksanakan.

KONFLIK

Konflik adalah ketidakcocokan antara 2 orang atau lebih yang dapat menimbulkan pertikaian.

Sebab-sebab konflik:
1. Adanya perbedaan baik individu maupun kelompok
2. Terjadi apabila keinginan tidak sesuai dengan kenyataan
3. Adanya perbedaan perasaan dan pendirian di antara mereka
4. Adanya perbedaan kepentingan
5. Adanya perubahan sosual yang cepat dalam kehidupan masyarakat

Bentuk-bentuk konflik:
1. Konflik pribadi
2. Konflik antar pribadi
3. Konflik antar kelas sosial
4. Konflik antar ras sosial
5. Konflik antar partai
6. Konflik internasional

Akibat-akibat konflik:
1. Kuatnya solidaritas antar sesama dalam satu kelompok yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain
2. Hancurnya atau rusaknya harta benda
3. Terjadi perubahan kepribadian
4. Rusaknya atau hancurnya satu kesatuan yang terjadi pada satu kelompok

Senin, 19 Oktober 2009

MAN POWERSHIP

Tugas : 1
Kompetensi Dasar : Ketenagakerjaan dan Pembangunan Ekonomi
Kelas : XI Ilmu Sosial
HARTABUTA Tugas :
Lama Tugas : 2 minggu
Jenis Tugas : Individu
Kemasan Tugas : - Diketik pada Kertas Folio atau Kuarto 2 spasi
- Bercover standar
- Dijilid

  1. Sebutkan dan jelaskan tentang faktor pendukung Employment (N) ! Follow upnya ?
  2. Sebutkan dan jelaskan faktor penghambat Employment (N) ! Solusinya ?
  3. Sebutkan dan jelaskan dampak positif Employment (N) terhadap Subyek dan Obyek Perekonomian ! Follow Upnya ?
  4. Sebutkan dan jelaskan dampak negatif Employment (N) terhadap Subyek dan Obyek Perekonomian ! Solusinya ?
  5. Sebutkan dan jelaskan dampak positif Unemployment (UN) terhadap Subyek dan Obyek Perekonomian ! Follow Upnya ?
  6. Sebutkan dan jelaskan dampak negatif Unemployment (UN) terhadap Subyek dan Obyek Perekonomian ! Solusinya ?
(Sudah dikerjakan,dikumpulkan dan tercetak)

Sabtu, 10 Oktober 2009

Kapitalisme...

Sebuah aliran atau teori yang lebih mengedepankan akan adanya keberadaan modal sebagai alat untuk mengapresiakan diri. Keberadaaannya kini juga merambah bukan saja kepada bidang ekonomi namun juga hampir masuk dan berasimilasi dengan bidang lainnya.

Kapitalisme juga dapat menjadi suatu budaya di mana interaksi, komunikasi, plus kolaborasi berjalan dengan capital sebagai pusat orbit. Sesuatu bergerak atau tidak bergerak di seputar satu satu kata : KAPITAL. Kita berkompetisi untuk mengumpulkan, mengelola, dan menguasai kapital. Kita mengukur keberhasilan-keberhasilan kita dengan indikator-indikator kapitalisme. Kita berteman, bergaul dan saling membantu dengan motivasi-motivasi kapitalisme.

Hari ini, kapital ini bukan hanya seonggok keping emas, uang atau harta kekayaan. Dalam makna lebih luas, ada setidaknya 10 capital yang kita berkompetisi untuk meraihnya! Setidaknya ada 10 capital yang, somehow, yang kita jadikan bahan evaluasi, bagi aktivitas sehari-hari kita baik dalam belajar, sekolah, bekerja, berbisnis, ataupun berpolitik, dan bahkan dalam pergaulan kita sehari-hari.

Banyak pihak pihak yang mendukung diberlakukannya paham ini, karena diangap mampu untuk lebih meningkatkan produktifitas dan juga keefektifan serta efisiensi untuk lebih me-manusia-kan manusia secara umum. Namun tidak sedikit juga yang tidak menerima penerapan paham ini, bahkan melarang dan mengharamkan adanya paham ini untuk dilakukan karena dianggap tidak adil dan hanya dapat menimbulkan kesjahteraan didalam masyarakat.

Perdebatan terus bergulir bahkan juga memanas sehingga menimbulkan adanya pembagian kelompok antara kaum kapitalis yang menguasai modal dan kaum non-kapitalis,baik itu sosialis, komunis, dan lainnya yang secara jelas menolak keberadaan dari kapitalisme. Perbedaan yang timbul jelas karena kehidupan masyarakat yang kapitalis lebih baik daripada masyarakat non-kapitalis, mis; kehidupan masyarakat America secara ekonomi liberal dan kapitalis lebih baik daripada kehhidupan masyarakat di Rusia, yang cenderung lebih konservatif dan sosialis.

Memang tidak dapat dipungkiri kehidupan masyarakat yang menganut sistem kapitalis secara umum lebih baik, mis; USA, Singapura, UE, dll. Namun tidak sepenuhnya, walau mereka secara umum lebih baik, harus ditiru dalam segala hal. Beberapa budaya mereka tidak sesuai dengan kepribadian bangsa lainya. Budaya kaum kapitalis lebih condong kepada budaya barat yang memiliki banyak perbedaan dengan budaya timur. Kita bisa mengambil sedikit contoh dimana budaya barat lebih cenderung egoistik atau cuek dibandingkan dengan budaya timur yang lebih ramah dan kekeluargaan.

Budaya itu juga yang membuat paham ini terkadang sulit untuk diterapkan secara umum dalam kehidupan bermasyarakat. Kadang kala perbedaan itu banyak didiskusikan didalam panel kemasyarakatan kita. Isu-isu juga banyak timbul sebagai dampak begitu banyaknya persepsi yang hadir di dalam measyarakat mengenai hal tersebut.

Hal besar yang mungkin dapat kita lihat adalah bagaimana belakangan ini negara-negara yang menganut paham kapitalis cenderung untuk lebih lagi menguasai dunia. Mereka kemudian meluaskan sayap perekonomian mereka hingga hingga beribu mil atau malah hingga ujung dunia.

Dampak yang dihasilkan ialah adanya persaingan yang tidak seimbang antara negara kapitalis yang sudah maju dibanding negara non-kapitalis yang kehidupan perekonomiannya kurang kokoh. Selain itu dengan adanya “globalisasi”, yang kemungkinan besar akan terjadi ditahun yang akan datang, negara-negara tersebut bukan saja membawa sistem perkonomian mereka namun juga budaya mereka. Di kota-kota besar akan berdiri perusahaan multinasional yang kepemilikan sahamnya lebih besar dimiliki oleh kaum kapitalis dibandingkan oleh pengusaha dalam negeri. Toko-toko dengan brand terkenal yang selalu mengikuti trend luar negeri juga akan hadir sampai kepinggiran kota. Dari contoh diatas dapat kita lihat kapitalisme bukan saja akan berdampak secara luas dalam bidang perkonomian namun juga dalam bidang budaya secara khusus.

a. Defenisi dari Kapitalisme

Untuk membahas suatu permasalahan, ada baiknya kita terlebih dahulu mengetahui akar permasalahan tersebut. Untuk masalah kapitalisme, sebaiknya kita mengetahui lebih dahulu apa pengertian dari kapitalisme itu sendiri. Banyak pengertian yang diberikan atau diungkapkan para ahli mengenai kapitalisme. Defenisi dari kapitalisme itu antara lain;

Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang menekankan peran kapital (modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi barang lainnya (Bagus, 1996). Ebenstein (1990) menyebut kapitalisme sebagai sistem sosial yang menyeluruh, lebih dari sekedar sistem perekonomian. Ia mengaitkan perkembangan kapitalisme sebagai bagian dari gerakan individualisme. Sedangkan Hayek (1978) memandang kapitalisme sebagai perwujudan liberalisme dalam ekonomi.

Menurut Ayn Rand (1970), kapitalisme adalah "a social system based on the recognition of individual rights, including property rights, in which all property is privately owned". (Suatu sistem sosial yang berbasiskan pada pengakuan atas hak-hak individu, termasuk hak milik di mana semua pemilikan adalah milik privat).

Heilbroner (1991) secara dinamis menyebut kapitalisme sebagai formasi sosial yang memiliki hakekat tertentu dan logika yang historis-unik. Logika formasi sosial yang dimaksud mengacu pada gerakan-gerakan dan perubahan-perubahan dalam proses-proses kehidupan dan konfigurasi-konfigurasi kelembagaan dari suatu masyarakat. Istilah "formasi sosial" yang diperkenalkan oleh Karl Marx ini juga dipakai oleh Jurgen Habermas. Dalam Legitimation Crisis (1988), Habermas menyebut kapitalisme sebagai salah satu empat formasi sosial (primitif, tradisional, kapitalisme, post- kapitalisme).

b. Sejarah kehadiran kapitalisme

Kapitalisme tentu tidak hadir dengansendirinya, selalu ada asal-muasal suatu perkara.Para ahli melalui pemaparannya mencoba untuk menjelaskan awal dari kehadiran kapitalisme itu sendiri. Robert E. Lerner dalam Western Civilization (1988) menyebutkan bahwa revolusi komersial dan industri pada dunia modern awal dipengaruhi oleh asumsi-asumsi kapitalisme dan merkantilisme. Direduksi kepada pengertian yang sederhana, kapitalisme adalah sebuah sistem produksi, distribusi, dan pertukaran di mana kekayaan yang terakumulasi diinvestasikan kembali oleh pemilik pribadi untuk memperoleh keuntungan. Kapitalisme adalah sebuah sistem yang didisain untuk mendorong ekspansi komersial melewati batas-batas lokal menuju skala nasional dan internasional. Pengusaha kapitalis mempelajari pola-pola perdagangan internasional, di mana pasar berada dan bagamana memanipulasi pasar untuk keuntungan mereka. Penjelasan Robert Learner ini paralel dengan tudingan Karl Marx bahwa imperialisme adalah kepanjangan tangan dari kapitalisme.

Sistem kapitalisme, menurut Ebenstein (1990), mulai berkembang di Inggris pada abad 18 M dan kemudian menyebar luas ke kawasan Eropa Barat laut dan Amerika Utara. Risalah terkenal Adam Smith, yaitu The Wealth of Nations (1776), diakui sebagai tonggak utama kapitalisme klasik yang mengekspresikan gagasan "laissez faire"1) dalam ekonomi. Bertentangan sekali dengan merkantilisme yaitu adanya intervensi pemerintah dalam urusan negara. Smith berpendapat bahwa jalan yang terbaik untuk memperoleh kemakmuran adalah dengan membiarkan individu-individu mengejar kepentingan-kepentingan mereka sendiri tanpa keterlibatan perusahaan-perusahaan negara (Robert Lerner, 1988).

Awal abad 20 kapitalisme harus menghadapi berbagai tekanan dan ketegangan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Munculnya kerajaan-kerajaan industri yang cenderung menjadi birokratis uniform dan terjadinya konsentrasinya pemilikan saham oleh segelintir individu kapitalis memaksa pemerintah (Barat) mengintervensi mekanisme pasar melalui kebijakan-kebijakan seperti undang- undang anti-monopoli, sistem perpajakan, dan jaminan kesejahteraan. Fenomena intervensi negara terhadap sistem pasar dan meningkatnya tanggungjawab pemerintah dalam masalah kesejahteraan sosial dan ekonomi merupakan indikasi terjadinya transformasi kapitalisme. Transformasi ini, menurut Ebenstein, dilakukan agar kapitalisme dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan ekonomi dan sosial. Lahirlah konsep negara kemakmuran (welfare state) yang oleh Ebenstein disebut sebagai "perekonomian campuran" (mixed economy) yang mengkombinasikan inisiatif dan milik swasta dengan tanggungjawab negara untuk kemakmuran sosial.

Habermas memandang transformasi itu sebagai peralihan dari kapitalisme liberal kepada kapitalisme lanjut (late capitalism. organized capitalism, advanced capitalism). Dalam Legitimation Crisis (1988), Habermas menyebutkan bahwa state regulated capitalism (nama lain kapitalisme lanjut) mengacu kepada dua fenomena: (a) terjadinya proses konsentrasi ekonomi seperti korporasi- korporasi nasional dan internasional yang menciptakan struktur pasar oligopolistik, dan (b) intervensi negara dalam pasar. Untuk melegitimasi intervensi negara yang secara esensial kontradiktif dengan kapitalisme liberal, maka menurut Habermas, dilakukan repolitisasi massa, sebagai kebalikan dari depolitisasi massa dalam masyarakat kapitalis liberal. Upaya ini terwujud dalam sistem demokrasi formal.

Perkembangan kapitalisme semakin massif paska Revolusi Industri di Inggris. Mulai abad 17, menyebar ke seluruh Eropa termasuk Amerika Serikat. Kapitalisme berkembang semakin meluas seiring dengan berkembangnya paham Liberalisme di Eropa dan Amerika Serikat. Negara-negara tersebut lantas menjajah sejumlah benua lain seperti Afrika dan Asia. Kolonialisme Belanda pun masuk ke Indonesia dan pemerintahan Kolonial Belanda pada abad 18 mengadopsi dan menerapkan Kapitalisme awal di Indonesia yang sampai sekarang telah berkembang sedemikian rupa. Namun kapitalisme, tidak seperti retorika dan janji-janjinya, bukannya membawa peningkatan kesejahteraan bagi seluruh rakyat melainkan pemiskinan yang semakin massif di berbagai belahan dunia berkembang.

  1. Kelebihan Kapitalisme

Suatu paham tentu mempunyai nilai lebih sehingga dapat diterapkan oleh masyarakat secara umum. Namun unsur-unsur apakah yang dikandung kapitalisme sehingga ia saat ini tetap tangguh? Terdapat beberapa kekuatan yang memungkinkan kapitalisme masih bertahan hingga kini melalui berbagai kritikan tajam dan rintangan.

Pertama, daya adaptasi dan transformasi kapitalisme yang sangat tinggi, sehingga ia mampu menyerap dan memodifikasi setiap kritik dan rintangan untuk memperkuat eksistensinya. Sebagai contoh, bagaimana ancaman pemberontakan kaum buruh yang diramalkan Marx tidak terwujud, karena di satu sisi, kaum buruh mengalami pembekuan kesadaran kritis (reifikasi), dan di lain sisi, kelas borjuasi kapital melalui negara memberikan "kebaikan hati" kepada kaum buruh dengan konsep "welfare state". Pada gilirannya, kaum kapitalis memperoleh persetujuan (consent) untuk mendominasi masyarakat melalui apa yang disebut Gramsci sebagai hegemoni ekonomi, politik, budaya; atau seperti yang disebutkan Heilbroner bahwa rezim kapital memiliki kemampuan untuk memperoleh kepatuhan massa dengan memunculkan "patriotisme" ekonomik.

Kedua, berkaitan dengan yang pertama, tingginya kemampuan adaptasi kapitalisme dapat dilacak kepada waktu inheren pada hakekat kapitalisme, yaitu dorongan untuk berkuasa dan perwujudan diri melalui kekayaan. Atas dasar itulah diantaranya, maka Peter Berger dalam Revolusi Kapitalis (1990) berani bertaruh bahwa masa depan ekonomi dunia berada dalam genggaman kapitalisme.

Ketiga, kreativitas budaya kapitalisme dan kapasitasnya menyerap ide-ide serta toleransi terhadap berbagai pemikiran. Menurut Rand, kebebasan dan hak individu memberi ruang gerak manusia dalam berinovasi dan berkarya demi tercapainya keberlangsungan hidup dan kebahagiaan. Dengan dasar pemikiran ini, Bernard Murchland dalam Humanisme dan Kapitalisme (1992) dengan penuh keyakinan menaruh harapan bahwa kapitalisme demokratis adalah humanisme yang dapat menyelamatkan peradaban manusia di masa depan.

  1. Kelemahan Kapitalisme

Setiap hal tentu tidak hanya mempunyai kelebihan saja. Tidak ada gading yang tidak retak, oleh sebab itu kapitalisme juga mempunyai problematikanya sendiri sehingga kadang mengalami kendala untuk diterpakan. Mengacu kepada asumsi-asumsi dasar kapitalisme, klaim-klaim pendukung kapitalisme dan praktek kapitalisme, terdapat beberapa kelemahan mendasar kapitalisme, antara lain;

Pertama, pandangan epistemologinya yang positivistik mekanistik. Positivisme yang memisahkan fakta dan nilai, bahkan hanya terpaku pada apa yang disebut fenomena fakta dan mengabaikan nilai, terbukti sudah ketidakmampuannya menjelaskan perkembangan sains modern dan kritikan dari fenomenologi hermeneutik (human sciences). Pola pikir positivistik hanya satu dimensi, yaitu dialektika positif, yang pada gilirannya mereduksi kemampuan refleksi kritis manusia untuk menari makna-makna tersembunyi di balik fenomena-fenomena. Herbert Marcuse dalam One Dimensional Man (1991) berkata: "... Kapitalisme, yang didorng oleh teknologi, telah mengembang untuk mengisi semua ruang sosial kita; telah menjadi suatu semesta politis selain psikologis. Kekuasaan totalitarian ini mempertahankan hegemoninya dengan merampas fungsi kritisnya dari semua oposisi, yaitu kemampuannya berpikir negatif mengenai sistem, dan dengan memaksakan kebutuhan-kebutuhan palsu melalui iklan, kendali pasar, dan media. Maka, kebebasan itu sendiri menjadi alat dominasi, dan akal menyembunyikan sisi gelap irasionalitas..."

Kedua, berkaitan dengan yang pertama, asumsi antropologis yang dianut kapitalisme adalah pandangan reduksionis satu dimensi manusia yang berasal dari rasionalisme Aufklarung. Temuan alam bawa sadar psikoanalisis menunjukkan bahwa banyak perilaku manusia tidak didorong oleh kesadaran atau rasionalitas, melainkan oleh ketidaksadaran dan irasionalitas. Asumsi kapitalisme yang mengandaikan bahwa distribusi kekayaan akan terjadi dengan sendirinya bila masyarakat telah makmur (contoh: konsep trickle down effect) melupakan aspek irasionalitas manusia yang serakah dan keji. Dorongan yang tidak pernah puas menumpukkan kapital sebagai watak khas kapitalisme merupakan bentuk patologis megalomania dan narsisisme.

Ketiga, keserakahan mengakumulai kapital berakibat pada eksploitasi yang melampau batas terhadap alam dan sesama manusia, yang pada gilirannya masing-masing menimbulkan krisis ekonologis dan dehumanisasi. Habermas (1988) menyebutkan kapitalisme lanjut menimbulkan ketidakseimbangan ekologis, ketidakseimbangan antropologis (gangguan sistem personaliti), dan ketidakseimbangan internasional.

Keempat, problem moral. Bernard Murchland (1992), seorang pembela gigih kapitalisme, mengakui bahwa masalah yang paling serius yang dihadapi kapitalisme demokratis adalah pengikisan basis moral. Ia lalu menoleh ke negara-negara Timur yang kaya dengan komponen moral kultural. Atas dasar problem etis inilah, maka Mangunwijaya (1998) dengan lantang berkata: "... ternyatalah, bahwa sistem liberal kapitalis, biar sudah direvisi, diadaptasi baru dan diperlunak sekalipun, dibolak-balik diargumentasi dengan fasih ilmiah seribu kepala botak, ternyata hanya dapat berfungsi dengan tumbal-tumbal sekian milyar rakyat dina lemah miskin di seluruh duia, termasuk dan teristimewa Indonesia...."

Kelima, implikasi dari praktek mengkomoditikan segenap ide-ide dan kegiatan-kegiatan sosial budaya, maka terjadilah krisis makna yang pada gilirannya menimbulkan krisis motivasi. Habermas (1988) mengatakan bahwa pada tataran sistem politik, krisis motivasi ini menimbulkan krisis legitimasi, atau menurut istilah Heilbroner (1991) dengan krisis intervensi.

  1. Kebudayaan Masyarakat

Kebudayaan sebagai hasil karya, cipta dan rasa manusia dalam perjalanan sejarahnya dimulai dari yang paling sederhana, berkembang dan maju terus setahap demi setahap sampai pada yang kompleks dan modern seperti pada akhir abad ke XX sekarang ini. Kebudayaan yang bertambah maju secara akumulatif, mutunya semakin meningkat, sehingga didalamnya sering ditemui unsur- unsur kebidayaan yang statis disamping yang bersifat dinamis. Kebudayaan itu berpengaruh langsung pada kehidupan individu dan masyarakat dalam mewujudkan eksistensinya masing-masing. Pengaruh budaya dan agama secara bersama-sama membentuk system nilai yang mewarnai sikap mental dan membatasi tingkah laku individu dan kelompok.

Indonesia merupakan sebuah negara yang subur dimana hamparan sawah yang menghijau, sumber daya alam yang melimpah serta penduduk yang dikenal sangat ramah terhadap sesama dan orang asing. Mungkin kita masih ingat pada zaman dahulu dimana di dalam sebuah wilayah terdapat sekelompok penduduk yang hidup dengan baik dan saling membantu. Apabila ada masalah maka para penduduknya akan duduk bersama untuk mendiskusikan pemecahan tersebut. Nilai-nilai keluhuran budaya yang telah lama diturunkan sejak nenek moyang kita ada begitu terasa. Para penduduk giat bekerja dan para pemuda tidak diam dalam membangun negeri kita ini.

Mungkin itu bisa sekadar menjadi tapak tilas kita terhadap keadaan masa lalu yang mungkin kini hanya dapat kita temui didaerah terpencil di nusantara. Saat dimana nilai kekeluargaan begitu memegang peranan penting hampir dalam setiap aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bukti adanya peran kekeluargaan dalam bentuk gotong royong ialah candi borobudur. Candi terbesar didunia dan merupakan salah satu keajaiban dunia. Sebuah bangunan yang dibuat secara gotong-royong oleh masyarakat setempat sehingga menghasilkan bangunan yang kokoh yang dapat bertahan hingga saat ini. Tolong menolong sesama penduduk adalah pemandangan wajar pada masa itu. Nilai-nilai adat dipegang dengan kuat yang disertai dengan adanya sanksi yang tegas yang diterapkan terhadap pelaku.

Nilai-nilai itulah yang dijadikan pedoman yang berlaku atau kadang menjadi dasar hukum yang berlaku di tempat tersebut. Nilai-nilai tersebut kemudian berkembang menjadi suatu budaya yang berlaku secara umum terhadap semua kalangan di tempat tersebut. Budaya yang telah mengakar dan menjiwai hampir seluruh bangsa indonesia, mungkin lebih terasa ketika zaman kemerdekaan dahulu. Seluruh bangsa, mulai dari tua-muda, besar-kecil, tanpa ada suatu pengecualian, bersama-sama bekerja untuk mendapatkan kemerdekaan walupun nyawa mereka sendiri yang menjadi taruhannya.

Sikap tersebut tumbuh secara pasti didalam setiap jiwa para pahlawan kita dahulu. Mungkin kita bisa mengutip motto para penjaga kerajaan di Prancis ”All for one and One for All” sehingga melahirkan suatu mental rasa kebersamaan diantara para pejuang kita. Mereka tidak memandang siapa yang maju berjuang bersama mereka karena yang mereka tahu ialah kemerdekaan itu merupakan milik bersama dan harus diperjuangkan bersama-sama oleh setiap komponen masyarakat secara luas.

Budaya sopan santun juga begitu kental didalam kehidupan kita, dimana adanya penghormatan kepada orang yang lebih tua, mungkin dengan adanya panggilan khusus, misalnya, abang, kakak, mas, dan sebagainya. Menjaga tutur bahasa yang santun, cara berperilaku, cara bergaul dana lainnya banyak ditanamkan kepada kita , yang walau menurut banyak anak muda sekarang dianggap uzur atau malah kampungan karena terlalu mengekang kebebasan mereka untuk berekspresi. Sabar dan juga toleransi yang tinggi kepada sesama kita, sikap peduli dan pengertian terhadap lingkungan sekitar kita juga telah lama dibiasakan oleh orangtua kita sejak kecil.

Banyak hal positif yang kita dapat didalam kehidupan kita yang sesuai dengan nilai-nilai luhur kebangsaan kita. Termasuk juga nilai-nilai konseptual agama yang berlaku menurut kepercayaan penduduk, untuk melakukan hal yang benar dan menjauhi segala perbuatan yang dilarang. Nilai-nilai sosial budaya kita tidak hanya berasal dari diri kita sendiri namun juga diperkaya oleh adat istiadat dan kepercayaan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Hal-hal yang diatas mungkin oleh banyak orang dimasa kini beranggapan mustahil untuk terjadi, padahal hal itu dapat terwujud apabila semua pihak mau utnuk melakukannya. Penduduk zaman dahulu begitu percaya kepada raja mereka, sehingga apa yang dikatakan raja mereka akan mereka lakukan, karena mereka percaya raja tidak akan pernah menelantarkan rakyatnya menuju kesengsaraan. Sehingga pada dasarnya mereka akan melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan dengan tidak melanggar hak atau kewajiban orang lain.

Keadaan inilah yang menjadikan bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa yang begitu bersahaja, sederhana namun mempunyai daya tariknya sendiri, sehingga mampu membuat bangsa lain terpesona oleh keindahannya.

  1. Dampak Kapitalisme

Indonesia adalah negara dunia ketiga yang menyusun pola pembangunan nasionalnya bersamaan dengan perkembangan teori-teori pembangunan yang berlangsung di negara-negara maju. Pada sisi lain, Indonesia adalah juga warga dunia yang tak dapat menghindarkan diri dari pengaruh kapitalisme global. Karena itulah politik ekonomi yang dipakai di Indonesia diwarnai oleh struktur kapitalisme dunia, termasuk dalam pembangunan pertaniannya. Melalui analisis ekonomi politik pembangunan, dapat dijelaskan bagaimana Indonesia berada pada posisi pinggiran dalam sistem kapitalisme dunia. Hal ini karena Indonesia sangat menggantungkan diri pada pembangunan pertanian, setidaknya secara psikologis dan politik. Selain karena faktor makro struktural, lemahnya ekonomi ini disebabkan oleh karena sistem yang secara teknologi dan sumber daya manusia yang tidak kurang berkualitas.

Keadaan ini juga telah terjadi di dalam masyrakat. Banyak terjadi pergeseran nilai-nilai budaya yang baik secara langsung maupun tidak langsung berdampak kepada kelestarian budaya kita. Saat ini boleh dikatakan kita hampir memasuki era globalisa dimana masyarakatnya cenderung untuk lebih giat bekerja supaya memenuhi kebutuhannya.

Di kota-kota besar banyak berdiri perumahan, pusat perbelanjaan, pusat rekreasi dan lain sebagainya. Banyak kemudahan yang diberikan, namun kemudahan itu haruslah didapat dengan pengorbanan. Tidak mungkin seseorang dapat membeli sesuatu tanpa adanya uang. Oleh sebab itu masyarakat akan lebih lagi untuk mencapai penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Budaya ini melahirkan budaya Konsumtif yang sebenarnya tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita. Masyarakat cenderung untuk menghabiskan uangnya hanya untuk bersenang-senang. Pemenuhan kebutuhan bukan saja menjadi keharusan bahkan menjadi lifestyle di hampir semua penduduk di kota besar.

Hal ini juga di dukung adanya sarana dan prasarana yang cukup memadai di kota tersebut. Lifestyle tersebut menciptakan manusia-manusia yang Hedonis dimana mereka cenderung untuk mengejar kesenangan duniawi daripada sorgawi. Gaya hidup bermewah-mewahan, tidak peduli dengan keadaan sekitar dan lain sebagainya sudah biasa terjadi dikota-kota besar, sebut saja Jakarta, dimana masyarakat yang heterogen dan selalu sibuk dengan aktifitasnya masing-masing menciptakan kaum egoistik dan cuek.

Sifat-sifat itulah yang juga terjadi dihampir semua kota besar yang menganut sistem kapitalisme. Seseorang hanya akan dianggap apabila ia mempunyai seseuatu yang lebih banyak daripada orang lain, misalnya kekayaan, mobil, uang, jabatan dan lainnya. Ini cukup membahayakan karena akan menciptakan generasi yang tidak perduli terhadap lingkungan dan sesamanya.

Jakarta bisa menjadi contoh dimana terjadi pergesaran budaya yang mungkin disebabkan gaya hidup kapitalis yang berkembang di kota ini. Kita bisa melihat masyarakat yang sibuk dengan pekerjaannya, cenderung unuk mengabaikan lingkungan sekitarnya, bahkan juga terlalu sibuk untuk mengurus keluarganya. Banyak keluarga yang broken home terjadi disini, dimana kejadian serupa juga banyak terjadi dikota besar di Amerika. Hal ini juga akan merembet kepada keharmonisan keluarga. Yang dicari hanyalah uang..uang...dan uang...sehingga mengabaikan keluarga mereka sendiri.

Gaya hidup yang hedonis juga masuk kedalam para pemuda sekarang. Mereka berlomba-lomba untuk bergaya seperti artis idola mereka, memakai pakaian bermerek yang sering diiklankan di tv atau juga banyak hadir di pusat-pusat perbelanjaan. Bagi mereka yang tidak mengikuti trend tersebut akan dikatakan kuno, ketingalan zaman atau engga gaul.

Kehidupan pemuda zaman sekarang juga penuh dengan intrik, yang kadang malah tidak sesuai dengan posisi mereka sebagai pemuda. Pemuda sekarang cenderung hedonis, lebih mengutamakan ”gaul” daripada berpikir untuk mebangun bangsa.

Keadaan ini cukup mengkhawatirkan mengingat pemuda adalah ujung tombak dari perjalanan suatu bangsa. Apa jadinya suatu bangsa yang pemudanya malah sibuk pcaran, bergaya, ikuti trend, pakai narkoba, dan kebiasaan jelek lainnya. Bisa jadi bangsa ini tinggal akan menunggu kehancurannya sendiri apabila tidak ada perubahan yang terjadi didalam masyarakat.

Para pemuda begitu bangga dikatakan sebagai ”anak nongkrong MTV yang gaul dan keren”. Coba tanyakan kepada para pemuda dikota besar, mana yang akan mereka pilih, membantu orang yang kebanjiran atau menonton konser artis di tv. Bisa jadi kebanyakan akan memilih pilihan kedua sebab pilihan yang pertama akan menyusahkan mereka.

Budaya ini bukan semata-mata terjadi di pemuda. Para orang tua juga terlihat bagaimana di kota besar , mungkin karena terlalu banyak problematika yang terjadi mereka melakukan hal-hal yang aneh, mulai dari kebiasaan korupsi, bermewah-mewahan dan juga kebiasaan lainnya yang menyimpang dari fungsi mereka sebagai pendidik.

Pengaruh kapitalisme juga telah masuk hingga di desa terpencil. Masyrakat disana juga mulai terpengaruh dengan godaan kemewahan yang ditawarkan oleh kapitalisme. Mereka mulai mencoba barang-barang elektronika secara berlebihan, seperti seorang siswa smp membeli handphone yang harganya diatas 3 jutaan padahal ia juga tidak mengerti fungsinya. Pembelian tersebut dilakukan hanya untuk menunjukkan keberadaanya di lingkungan ia tinggal, sehingga ia akan disegani dan mempunyai banyak teman. Permasalaha inilah yang menjadi dasar pemikiran kenapa masyarakat akan cenderung tidak perduli terhadap lingkungannya. Mengutip teori Maslow, dimana manusia butuh penghargaan untuk menunjukkan eksistensinya maka ia harus mengikuti trend walaupun ia tidak mampu untuk mengikutinya.


Kesimpulan

Kapitalisme merupakan suatu sistem perekonomian dimana modal memegang peranan penting. Kapitalisme tidak hanya terjadi di bidang ekonomi namun juga di bidang sosial.

Kelebihan kapitalisme antara lain:

  1. Daya adaptasi dan transformasi kapitalisme yang sangat tinggi, sehingga ia mampu menyerap dan memodifikasi setiap kritik dan rintangan untuk memperkuat eksistensinya.
  2. Adanya dorongan untuk berkuasa dan perwujudan diri melalui kekayaan
  3. Kreativitas budaya kapitalisme dan kapasitasnya menyerap ide-ide serta toleransi terhadap berbagai pemikiran

Kekurangan kapitalisme antara lain:

1. Merampas fungsi kritisnya dari semua oposisi,

2. Asumsi kapitalisme yang mengandaikan bahwa distribusi kekayaan akan terjadi dengan sendirinya bila masyarakat telah makmur

3. Keserakahan mengakumulai kapital berakibat pada eksploitasi yang melampau batas terhadap alam dan sesama manusia

4. Problem moral

Globalisasi mau tidak mau manghantarkan masuknya kapitalisme kedalam budaya bangsa kita. Pergeseran nilai-nilai budaya merupakan hal yang pasti terjadi. Budaya kita akan dipastikan juga terbawa arus kapitalisme yang banyak terjadi di kota-kota besar saat ini. Kapitalisme walaupun akan berdampak buruk bagi kehidupan sosial bangsa kita akan tetapi kita terpaksa harus menerima konsekuensinya sebagai indikasi masuknya globalisasi kedalam kehidpan masyarakat.

Problem moral yang akan diciptakan oleh kapitalisme telah menciptakan ekses yang negatif didalam kehidupan masyarakat misalnya, hedonisme, materialisme, egoisme, dan sifat-sifat buruk lainnya yang menciptakan masyarakat yang berbeda kulturnya dengan kehidupan masyrakat di zaman dulu.

Ekses negatif inilah yang harus ditanggulangi secara benar oleh semua pihak agar jangan samapai bangsa ini kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang beradab dan terkenal dengan ethnimologi yang beragam dan jiwa kebersamaan khas dunia timur tetap tertanam dalam kehidupan masyarakat kita.

Senin, 05 Oktober 2009

KUMPULAN PUISI CINTA

Dengan puisi....

Dengan puisi aku bernyanyi sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta berbatas cakrawala

Dengan puisi aku mengenang keabadian yang akan datang
Dengan puisi aku menangis jarum waktu bila kejar mengiri

Dengan puisi aku memutih nafas jalan yang busuk
Dengan puisi aku berdoa perkenankanlah kiranya

Pajak


Kelancaran dan keberhasilan pembangunan suatu negara merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Salah satu bentuk tanggung jawab masyarakat kepada negara adalah dengan membayar pajak. Pajak merupakan suatu kewajiban sekaligus bentuk pengabdian dan peran aktif warga negara dalam rangka ikut melaksanakan pembangunan nasional....

[Download]


Kompetensi
Kemampuan memahami fungsi pajak sebagai sumber pendapatan negara

Indikator:
o Pengertian pajak dan retribusi
o Dasar-dasar pemungutan pajak
o Jenis-jenis pajak
o Unsur-unsur pajak
o Fungsi dan peranan pajak
o Contoh pajak yang ditanggung keluarga.

Materi
01. Pengertian Pajak dan Retribusi
02. Dasar-dasar Pemungutan Pajak
03. Jenis-jenis Pajak
04. Unsur-unsur Pajak
05. Fungsi Pajak
06. Contoh Pajak

07. Latihan
08. Tes


01. Pengertian Pajak dan Retribusi

Kelancaran dan keberhasilan pembangunan suatu negara merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Salah satu bentuk tanggung jawab masyarakat kepada negara adalah dengan membayar pajak. Pajak merupakan suatu kewajiban sekaligus bentuk pengabdian dan peran aktif warga negara dalam rangka ikut melaksanakan pembangunan nasional.
(Sumber Buku Ekonomi 2 hal.142, Yudhistira)


PENGERTIAN PAJAK DAN RETRIBUSI



1. Pajak adalah iuran wajib yang dibayarkan oleh wajib pajak berdasarkan norma- norma hukum tanpa mendapat balas jasa secara langsung.
Contoh : PPH, PPN, PPn, PBB dan Bea Materai.
2. Retribusi adalah pembayaran yang dilakukan dengan tujuan mendapatkan fasilitas tertentu.
Contoh : Retribusi Parkir, Retribusi Galian Pasir.

02. Dasar-dasar Pemungutan Pajak



03. Jenis-jenis Pajak


A. Jenis pajak berdasarkan pihak yang menanggung:

1. Pajak Langsung, adalah pajak yang pembayarannya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.

Contoh : PPh, PBB.

Contoh SPPT PBB




2. Pajak Tidak Langsung, adalah pajak yang pembayarannya dapat dialihkan kepada pihak lain.

Contoh : Pajak Penjualan, PPN, PPn-BM, Bea Materai dan Cukai.


Setiap pembelian barang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)



B. Jenis pajak berdasarkan pihak yang memungut:

1. Pajak Negara atau Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat.

Pajak pusat merupakan salah satu sumber penerimaan negara.

Contoh : PPh, PPN, PPn dan Bea Materai.

PPh dikenakan kepada setiap wajib pajak


2. Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah.

Pajak daerah merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintahan daerah.

Contoh : Pajak tontonan, pajak reklame, PKB (Pajak Kendaraan Bermotor) PBB, Iuran kebersihan, Retribusi terminal, Retribusi parkir, Retribusi galian pasir.


Setiap pengunjung kebun binatang dikenakan pajak tontonan

C. Jenis pajak berdasarkan sifatnya:

1. Pajak Subjektif, adalah pajak yang memperhatikan kondisi keadaan wajib pajak. Dalam hal ini penentuan besarnya pajak harus ada alasan-alasan objektif yang berhubungan erat dengan kemampuan membayar wajib pajak.

Contoh : PPh.


Penghasilan dari setiap karyawan akan dikenakan pajak penghasilan (PPh)

Berlian
Setiap pembelian barang mewah dikenakan Pajak barang mewah (PPn-BM)


04. Unsur-unsur Pajak

1. Subjek Pajak / Wajib Pajak, adalah :
Orang atau badan usaha yang menurut undang-undang wajib membayar pajak kepada negara.
Setiap wajib pajak harus memiliki NPWP.

Orang merupakan salah satu subjek pajak





2. Objek Pajak, adalah segala sesuatu yang menurut Undang-Undang dijadikan dasar atau sasaran pemungutan pajak.

Kendaraan merupakan salah satu objek pajak


3. Tarif Pajak, adalah dasar pengenaan pajak terhadap objek pajak yang menjadi tanggungannya.
Tarif pajak biasanya berupa persentase (%)


Tarif pajak sesuai UU No. 17/Th. 2000

Macam-macam Tarif Pajak

  1. Tarif Proporsional adalah tarif pajak yang persentasenya tetap/sama untuk setiap jenis objek pajak.
    Contoh : PPN
  2. Tarif progresif adalah tarif pajak yang persentasenya semakin besar jika objek pajak bertambah.
    Contoh : PPH
  3. Tarif Degresif adalah tarif pajak yang persentasenya semakin rendah jika objek pajak bertambah.


05. Fungsi Pajak
  1. Fungsi Budgeter adalah fungsi pajak sebagai sumber pemasukan keuangan negara untuk pembiayaan pembangunan.
  2. Fungsi Alokasi adalah fungsi pajak sebagai sumber pemasukan keuangan negara untuk kemudian dialokasikan untuk pengeluaran rutin negara.
  3. Fungsi regulasi adalah pajak yang digunakan sebagai alat untuk mengatur atau mencapai tujuan-tujuan tertentu, pada umumnya sektor swasta atau sering disebut kebijakan fiskal.
  4. Fungsi Sosial adalah pemungutan pajak disesuaikan dengan kekuatan seseorang untuk dapat mencapai pemuasan kebutuhan setinggi-tingginya.



06. Contoh Pajak

1. Pajak Penghasilan ( PPh) adalah pajak yang dikenakan kepada subjek pajak untuk setiap objek pajak yang diterimanya.

Unsur-unsur yang ada di Pajak Penghasilan (PPh) :

a. Subjek Pajak Penghasilan, adalah :
1. Orang pribadi.
2. Badan Usaha (PT, CV, FIRMA, BUMN, BUMD, KOPERASI dan YAYASAN)

b. Objek Pajak Penghasilan, adalah : setiap penghasilan yang
diterima oleh subjek pajak.
Contoh : Gaji, Upah, Honorarium, Komisi, Bonus, Hadiah dari undian dan Laba usaha.

Setiap penghasilan yang diterima oleh orang pribadi atau badan usaha wajib dikenakan pajak penghasilan (PPh)

c. Penghasilan Kena Pajak ( PKP ) adalah penghasilan yang akan diperhitungkan besar pajaknya.

PKP didapat dengan cara mengurangi total penghasilan selama satu tahun dengan penghasilan tidak kena pajak ( PTKP ).
Besarnya penghasilan tidak kena pajak ( PTKP ) per tahun menurut UU No.17 tahun 2000, adalah :
1. Rp 2.880.000,00 untuk wajib pajak orang pribadi.
2. Rp 1.440.000,00 untuk suami / istri yang tidak berpenghasilan dari wajib pajak.
3. Rp 2.880.000,00 untuk suami / istri yang berpenghasilan dari wajib pajak.
4. Rp 1.440.000,00 untuk setiap anggota keluarga sedarah (ibu, ayah, anak kandung) dan semenda (mertua, anak tiri) serta anak angkat yang menjadi tanggungan wajib pajak, maksimal 3 orang untuk satu keluarga.

d. Tarif Pajak.
Menurut UU No.17 tahun 2000, tarif pajak wajib pajak pribadi dalam negeri, adalah :

2. Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) adalah pajak yang dikenakan kepada subjek pajak atas
kepemilikan tanah beserta bangunan yang berdiri diatasnya.

Unsur-unsur yang ada di pajak bumi dan bangunan ( PBB ) :
a. Subjek PBB adalah orang pribadi atau badan yang mempunyai hak kepemilikan atas tanah dan bangunan.
b. Objek PBB adalah tanah dan bangunan.
c. NJOP-KP : nilai jual objek pajak kena pajak.
d. NJOP-TKP : nilai jual objek pajak tidak kena pajak.
e. NJKP (nilai jual kena pajak) = 20 % x NJOP-KP
f. Rumus perhitungan PBB :


Contoh SPPT PBB


3. Bea Cukai adalah pungutan pajak terhadap penggunaan barang tertentu.

Contoh : rokok dan minuman keras.

Contoh cukai rokok

4. Bea Materai adalah pungutan yang dikenakan pada dokumen resmi tertentu dengan tujuan untuk memberikan nilai hukum, sehingga menjadi surat berharga.
Menurut PP No.24 tahun 2000, tarif bea materai ada dua, yaitu : Rp. 3.000,00 dan Rp. 6.000,00


Materai Rp 3.000,00 Materai Rp 6.000,00

Tarif Bea Materai

Bea Materai Rp 3.000,00
1. Surat yang menurut jumlahnya
Rp 250.000,00 s/d Rp 1.000.000,00
2. Cek dan Bilyet Giro

Bea Materai Rp 6.000,00
1. Surat Perjanjian
2. Akta notaris
3. Surat yang memuat jumlah uang lebih dari Rp 1.000.000,0
4. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di pengadilan


(dikutip dari dan di-link ke: http://www.e-dukasi.net/)

Sabtu, 03 Oktober 2009

Apotek rakyat, akses mudah mendapatkan obat

Obat adalah salah satu kebutuhan bagi mereka yang memiliki penyakit. Bagaimana dengan kondisi peredaran obat di sekitar kita? Apakah kita yakin obat tersebut adalah obat yang dijamin keasliannya? Mungkin kita tidak pernah tahu. Hal ini diakibatkan karena kurangnya perhatian pemerintah dalam memantau peredaran obat di masyarakat.

Sebenarnya, Badan POM gencar menggelar razia obat palsu. Tapi razia demi razia tidak membuat jera para pemalsu. Sedangkan Badan POM belum mampu membongkar otak di balik peredaran obat palsu. Dari puluhan kasus obat palsu dalam kurun waktu 2003 hingga 2006, hampir semua tersangka berstatus sebagai pengedar dan penjual.

Pemalsu obat, pada awalnya memasarkan obat palsunya ke sentra-sentra pasar obat atau toko obat. Salah satunya, Pasar Pramuka dan Pasar Rawa Bening. Selain obat palsu, di sana juga banyak toko yang menjual obat keras tanpa hak dan kewenangan. Di Pasar Pramuka, Jaktim, terdapat lebih dari 200 toko obat.

Keputusan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari yang menjadikan toko-toko obat di Pasar Pramuka menjadi Apotek Rakyat adalah salah satu langkah baru dalam upaya memutus rantai perdangangan obat palsu.

Agar setiap obat yang beredar di Pasar Pramuka tersebut dapat terjamin kualitasnya, setiap pedagang diwajibkan untuk mengantongi sertifikat sebagai bukti obat-obat yang dijual di toko tersebut layak untuk dikonsumsi. Selain mewajibkan pedagang obat di Pasar Pramuka untuk mengantongi sertifikat, para pedagang juga diharuskan memiliki apoteker yang betugas memerikasa resep yang diberikan dokter. Dalam memberikan pelayanan, seorang apoteker diwajibkan memeriksa resep dan memeriksa kesesuaian jumlah/dosis obat yang diberikan kepada pembeli. Tidak ada obat yang diberikan dalam jumlah besar di apotik Rakyat.

Apotek Rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian yaitu penyerahan obat dan perbekalan kesehatan tetapi tidak boleh melakukan peracikan. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

Masyarakat luas akan semakin mudah memperoleh obat dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik Indonesia Nomor 284/Menkes/Per/III/2007 tanggal 8 Maret 2007 tentang Apotek Rakyat. Dalam memberikan pelayanan kefarmasian, Apotek Rakyat harus mengutamakan obat generik.

Bakar Kertas
Apakah bermanfaat ???
Oleh : UP. Sudharma SL.


Sering timbul salah pengertian di kalangan masyarakat yang non-Buddhis (bukan beragama Buddha), bahwa tradisi "Bakar Kertas" adalah merupakan bagian dari ajaran Agama Buddha, bahkan sebagian dari umat Buddha pun beranggapan demikian. Terasa seakan kurang lengkap apabila dalam upacara sembahyang tidak dilaksanakan tradisi "Bakar Kertas" ini.

Sejak zaman dulu sebenarnya ada 2 jenis kertas yang digunakan dalam tradisi ini, yaitu kertas yang bagian tengahnya berwarna keemasan (Kim Cua) dan kertas yang bagian tengahnya berwarna keperakan (Gin Cua). Menurut kebiasaan-nya Kim Cua (Kertas Emas) digunakan untuk upacara sembahyang kepada dewa-dewa, sedangkan Gin Cua (Kertas Perak) untuk upacara sembahyang kepada para leluhur dan arwah-arwah orang yang sudah meninggal dunia.

Mereka yang mempercayai tradisi ini beranggapan bahwa dengan membakar kertas emas dan perak itu berarti mereka telah memberikan kepingan uang emas dan uang perak kepada para dewa atau leluhur mereka; sebagaimana diketahui kepingan emas dan perak adalah mata uang yang berlaku pada zaman Tiongkok kuno.

Tetapi ternyata kemajuan zaman telah mempengaruhi pula tradisi ini, sekarang yang dibakar bukan hanya kertas emas dan perak, ada pula sejenis uang kertas dengan nilai nominal aduhai (milyaran), yang bentuknya mirip dengan uang kertas yang digunakan pada zaman sekarang. Yang membedakannya adalah kalau pada uang kertas yang berlaku pada umumnya ada yang bergambar kepala negara atau pahlawan, tetapi pada uang kertas yang akan dikirim kepada para leluhur yang telah meninggal ini bergambar Yen Lo Wang (Giam Lo Ong) yakni Dewa Yama, penguasa alam neraka, dan adanya tulisan "Hell Bank Note" (Mata Uang Neraka). Entah dari mana asal mula timbulnya ide untuk membuat dan membakar uang kertas akhirat seperti itu, mungkin dasar pemikirannya adalah karena sekarang mata uang tidak lagi berupa kepingan emas dan perak, melainkan uang kertas; tentunya di alam sana juga perlu penyesuaian.

Apakah benar tradisi "Bakar Kertas" ini berdasarkan ajaran Agama Buddha ? Apakah ada manfaatnya ?, dan bagaimanakah sesungguhnya pandangan Agama Buddha mengenai tradisi ini ? Pembicaraan mengenai hal ini cukup menarik, ada yang pro dan ada pula yang kontra, bahkan anti sama sekali.

Agama Buddha adalah agama yang penuh dengan toleransi, dalam arti agama Buddha dapat menerima pengaruh tradisi atau budaya manapun selama hal itu tidak bertentangan dengan prinsip dasar ajaran Agama Buddha (Buddha Dharma). Dan dalam hal ini tentu perlu pula dipertimbangkan apakah hal itu bermanfaat bagi kemajuan batin kita atau tidak. Begitu pula dengan tradisi "Bakar Kertas" ini apakah hal ini bertentangan atau tidak dengan prinsip dasar ajaran Buddha Dharma ? Marilah kita tinjau lebih lanjut.

Asal-Usul Tradisi "Bakar Kertas"
Konon tradisi "Bakar Kertas" ini baru dimulai pada zaman pemerintahan Kaisar Lie Sie Bien (Lie She Min) dari Kerajaan Tang di Tiongkok. Lie Sie Bien adalah seorang kaisar yang adil dan bijaksana, sehingga beliau dicintai oleh rakyatnya.

Pada suatu hari tersebar kabar bahwa Kaisar menderita sakit yang cukup parah, mendengar kabar ini rakyat menjadi sedih. Beberapa hari kemudian secara resmi keluar pengumuman dari Kerajaan bahwa Kaisar Lie Sie Bien meninggal dunia. Rakyat benar benar berduka-cita karena merasa kehilangan seorang Kaisar yang dicintai, sebagai ungkapan rasa duka-cita ini penduduk memasang kain putih di depan pintu rumahnya masing-masing tanda ikut berkabung atas mangkatnya Sang Kaisar.

Sebagaimana tradisi pada waktu itu, jenazah Kaisar tidak langsung dikebumikan, melainkan disemayamkan selama beberapa minggu untuk memberi kesempatan pada para pejabat istana dan rakyat untuk memberikan penghormatan terakhir.

Alkisah, setelah beberapa hari kemudian Kaisar Lie Sie Bien hidup kembali atau bangkit kembali dari kematiannya. Dan kemudian beliau bercerita mengenai perjalanan panjangnya menuju alam neraka, yang dialaminya selama saat kematiannya.

Dimana salah satu cerita beliau, adalah ketika beliau dalam perjalanan menuju alam neraka, sang Kaisar bertemu dengan ayahbunda, dan sanak keluarga, serta teman-temannya yang telah lama meninggal dunia. Dimana dikisahkan bahwa kebanyakan dari mereka berada dalam keadaan menderita kelaparan, kehausan, dan serba kekurangan walaupun dulu semasa hidupnya mereka hidup senang dan mewah. Keadaan mereka sangat menyedihkan, walaupun saat ini anak-anak dan keturunannya yang masih hidup berada dalam keadaan senang dan bahagia. Makhluk-makhluk yang menderita ini berteriak memanggil Lie Sie Bien untuk minta pertolongan dan bantuannya untuk mengurangi penderitaan mereka. Menurut Kaisar mereka ini sangat mengharapkan bantuan dan pemberian dari keturunan dan sanak-keluarganya yang masih hidup.

Lalu sang Kaisar menghimbau dan menganjurkan agar keturunan dan sanak keluarga yang masih hidup jangan sampai melupakan leluhur dan keluarganya yang telah meninggal. Kita yang masih hidup wajib mengingat dan memberikan bantuan kepada mereka yang menderita di alam sana, sebagai balas budi kita kepada leluhur kita itu. Untuk itu keluarga yang masih hidup dianjurkan untuk mengirimkan bantuan dana/ uang kepada mereka yang berada di alam penderitaan itu. Dan dana bantuan itu adalah berupa "Kertas Emas dan Perak" yang dibakar dan kemudian akan menjelma menjadi kepingan uang emas dan perak di alam sana, sehingga dapat dipergunakan oleh ayahbunda, leluhur, dan sanak keluarga yang berada di alam sana untuk meringankan penderitaan mereka.

Karena yang berkisah ini adalah seorang Kaisar yang sangat dihormati dan dicintai segenap rakyatnya, maka tentu saja cerita ini dipercayai, dan himbauan kaisar langsung mendapatkan tanggapan yang baik dari para pejabat, bangsawan, dan seluruh rakyat kerajaan Tang.

Tetapi sekarang persoalannya, siapakah yang akan membuat "kertas emas dan perak" itu, untuk kemudian dijual kepada yang mau membakarnya atau mengirimkannya kepada leluhur dan sanak keluarganya yang telah meninggal ?

Lie Sie Bien adalah seorang yang cerdas, beliau tahu betul bahwa dari sekian luas wilayah kerajaan Tang (Tiongkok), tidak semua daerah tersebut sama kesuburan tanahnya, ada daerah-daerah yang gersang dan tandus, yang hanya dapat ditumbuhi pohon bambu yakni bahan baku untuk pembuat kertas pada waktu itu. Nah, penduduk daerah inilah yang dikerahkan untuk membuat "kertas emas dan perak" untuk keperluan sembahyang kepada para leluhur itu.

Apakah sesungguhnya yang terjadi ? Betulkah Kaisar Lie Sie Bien meninggal dunia dan melakukan perjalanan ke alam neraka ? Benarkah kisah perjalanan yang diceritakan oleh sang Kaisar ? Banyak orang yang percaya bahwa Kaisar Lie Bie Bien benar-benar pernah meninggal dan melakukan perjalanan ke alam neraka, dan apa yang dikisahkannya itu sungguh-sungguh terjadi. Tetapi tidak sedikit pula yang berpendapat bahwa kejadian "mati suri" nya Kaisar Lie Sie Bien dan kisah perjalanannya ke neraka hanya rekayasa sang Kaisar untuk tujuan politis.

Dimana penggambaran alam neraka seperti yang diceritakan beliau diambil dari penggambaran alam neraka dalam kitab-kitab suci Agama Buddha, karena Kaisar Lie Sie Bien adalah seorang Buddhis (beragama Buddha) yang cukup banyak mendalami ajaran-ajaran Agama Buddha (Buddha Dharma).

Seperti kita ketahui, bahwa di zaman itu di Tiongkok berlaku sistim feodal, dimana terjadi jurang perbedaan yang sangat nyata antara tuan-tuan tanah, bangsawan, dan pedagang yang kaya raya dengan segala kemewahan yang berlimpah ruah, dengan kaum petani, buruh dan rakyat jelata yang hidup miskin, melarat, penuh kesengsaraan dan serba kekurangan. Orang-orang kaya ini sama sekali tidak punya kepedulian terhadap orang-orang miskin, bahkan mereka menindas kaum miskin ini.

Sebagai seorang kaisar yang adil dan bijaksana, tentu saja Lie Sie Bien tidak setuju dengan keadaan ini, tetapi beliau juga tidak bisa sewenang-wenang memaksa kaum kaya ini untuk mempunyai kepedulian dan mau membantu kaum miskin. Maka terpaksalah beliau menggunakan taktik untuk menciptakan pemerataan kehidupan dan menolong kaum miskin itu, yakni dengan merekayasa peristiwa kematian beliau dan perjalanannya ke alam neraka.

Barisan terdepan dari mereka yang mengikuti himbauan dan ajuran Kaisar Lie Sie Bien untuk membakar "Kim Cua dan Gin Cua" untuk di kirimkan sebagai dana bantuan kepada leluhur dan sanak keluarga yang telah meninggal sudah tentu adalah orang-orang kaya yang punya banyak uang untuk membeli "kertas emas dan perak" yang dibuat oleh orang-orang miskin; sehingga dengan demikian rakyat jelata yang miskin ini jadi terbantu dan punya penghasilan, terjadilah pemerataan pendapatan.

Secara keagamaan pun tradisi ini pada mulanya bermanfaat, yaitu agar anak dan sanak keluarga yang masih hidup senantiasa ingat pada leluhur/ keluarga yang telah mendahului sekaligus sebagai ungkapan balas budi atas jasa dan kebaikan mereka, dan selalu berdoa serta mengharapkan kebahagiaan mereka di alam sana.

Bagaimana pada zaman sekarang ?
Zaman terus berubah, tradisi yang tadinya sengaja dicetuskan oleh Kaisar Lie Sie Bien dengan maksud dan tujuan yang baik, yakni membantu dan menolong kaum miskin, sekarang masalahnya menjadi lain. "Kertas Emas dan Perak" yang dulunya di produksi oleh home industry (industri rumah tangga) orang-orang miskin, sekarang sudah di produksi secara massal oleh pabrik-pabrik yang tentunya milik pengusaha kaya. Sehingga maksud dan tujuan untuk pemerataan penghasilan sudah tidak bermakna lagi.

Kalau dulu upacara "Bakar Kertas" itu selalu diiringi dengan doa dan harapan untuk kebahagiaan para leluhur dan sanak keluarga yang telah meninggal, saat ini makna ini sudah semakin kabur karena tidak banyak lagi orang yang tahu asal mula, maksud dan tujuan sesungguhnya dari tradisi "Bakar Kertas" ini. Malah sekarang ada anggapan bahwa semakin banyak "kertas emas dan perak" ini dibakar adalah semakin baik, dan membuat leluhur dan sanak keluarga semakin kaya dan semakin senang di alam sana.

Ditambah lagi dengan berbagai ide yang menyesatkan, seperti membuat uang kertas "Hell Bank Note", peralatan-peralatan modern/ canggih dari kertas (seperti pesawat televisi, hand phone, mobil mewah, televisi, parabola, dll) untuk dibakar guna dikirimkan pada leluhur dan sanak keluarga di alam sana, tentunya akan semakin mengaburkan maksud dan tujuan tradisi "Bakar Kertas" ini.

Bagaimanakah pandangan Agama Buddha ?
Agama Buddha adalah agama yang penuh dengan toleransi, walaupun bukan berarti bahwa agama Buddha bersikap menerima tradisi apapun dalam ritual a-gama Buddha. Tradisi "Bakar Kertas" yang masih dilaksanakan pada saat ini jelas tidak sesuai dengan ajaran agama Buddha.

Alangkah baik dan bijaksana bilamana uang yang tadinya akan digunakan untuk pembelian "kertas emas dan perak" itu dipergunakan untuk membantu orang-orang yang memerlukan bantuan/ pertolongan, atau membeli sesuatu yang dapat diberikan/ disumbangkan pada mereka yang membutuhkannya; misalnya : disumbangkan ke Vihara, Panti Asuhan, Panti Jompo, Panti Anak Cacat, memberikan dana pada anggota Sangha (Bhikkhu/ Bhikkhuni), atau disumbangkan pada pengemis, orang-orang miskin, korban bencana alam, dan lain sebagainya. Bantuan dan sumbangan tersebut kita berikan dengan mengenang dan mengatasnamakan orangtua/ leluhur dan sanak keluarga kita yang telah meninggal itu. Inilah yang di dalam agama Buddha dinamakan "Upacara Pelimpahan Jasa (Pattidana)", sehingga uang kita tidak menjadi sia-sia untuk membakar kertas dan segala sesuatu yang tidak bermanfaat itu.

Tetapi dalam hal ini agama Buddha tidak mengambil sikap menentang keras atau anti terhadap tradisi tersebut, karena menyadari bahwa melaksanaan tradisi tersebut hanya semata-mata karena ketidaktahuan, kurangnya pengertian, dan kepatuhan pada tradisi secara membabi buta, bukan karena tujuan untuk menentang atau melanggar ajaran agama Buddha.

Jika masih ada generasi tua yang melaksanakan tradisi "Bakar Kertas" itu, kita tidak perlu menentang, mengejek, menghina, atau pun melecehkan apa yang mereka lakukan; tetapi seharusnya kewajiban kita adalah untuk memberikan pengertian dan penjelasan secara bijaksana tentang tradisi tersebut, sehingga mereka berangsur-angsur jadi mengerti dan menyadari kekeliruannya dan mau dengan ikhlas dan sukarela untuk memperbaiki/ merubahnya. Sungguhpun harus diakui bahwa tidaklah mudah untuk merubah suatu tradisi yang sudah mendarah-daging, meski pun demikian kita tetap harus mencobanya; syukur jika berhasil, tetapi bila tidak berhasil kita tidak perlu kecewa, putus asa, atau pun memaksakannya pada mereka.

"Ajaran Buddha merupakan petunjuk spiritual,
dan Beliau tidak pernah memaksakannya".